Awal dari Kisah

Sebelumnya, aku tidak pernah memiliki keinginan untuk memasuki dunia kepenulisan. Aku hanya suka membaca cerita yang penuh ilustrasi berwarna, seperti cerita rakyat atau fabel. Dibandingkan membaca dan menulis, aku lebih suka menggambar dan mewarnai sesuka hati. Namun, semua itu sirna begitu saja saat putih biru menjadi rumah baruku. Dalam sekejap mata, hobi menggambar dan mewarnai tenggelam bergantikan semangat literasi.

Aku masih ingat sekali, waktu itu, guru bahasa Indonesiaku menjelaskan materi mengenai resensi film yang diadaptasi dari novel. Entah kenapa, penjelasan beliau seketika menghipnotis pikiranku, melahirkan keinginan dalam diriku.

Setelah itu, aku menajamkan tatapan membaca cuplikan Laskar Pelangi karya Andrea Hirata yang ada di buku paket. Jujur, dari sana, aku mulai tertarik untuk menenggelamkan diri ke dunia kepenulisan, terutama novel.

Minggu berikutnya, guru bahasa Indonesia-ku menyuruh kami untuk menonton film Laskar Pelangi di lab komputer. Deretan kalimat membuatku tersenyum, menguatkan rasa tertarikku, perlahan membuka pintu imajinasi yang tak pernah terpikirkan selain melukis.

Bagaimana rasanya kalau novel karyaku difilmkan? Gumamku, tanpa meruntuhkan senyum di bibirku.

Mulai saat itu, aku langsung membuat cerita berdasarkan pengalaman saat sekolah dasar. Meskipun saat itu aku tidak tahu cara menulis novel yang benar, tetapi semangatku tak terbantahkan.

Novel pertama yang aku tulis menghabiskan satu buku tulis setebal 58 lembar dan buku setebal 38 lembar. Merasa bosan, akhirnya aku lupakan cerita yang belum terselesaikan sampai sekarang.

Namun, bukan berarti keinginan untuk membuat karya hilang begitu saja. Pada saat itu, aku memilih untuk mempelajari kiat-kiat menulis novel, membaca cerita dari internet, kendati hal tersebut tidak mendapatkan titik terang. Aku sangat bingung waktu itu.

Setelah itu, aku lebih sering melamun merangkai imajinasi yang nantinya akan dituangkan menjadi tulisan. Namun, imajinasi hanyalah imajinasi karena aku belum mengerti betul apa itu novel dan bagaimana cara penulisannya.

Lagi, lagi, dan lagi, aku meluncur ke internet untuk kembali memahami cara menulis novel, membaca cerpen, dan semua artikel yang ada hubungannya dengan kepenulisan. Lagi, lagi, dan lagi, aku gagal memahami semuanya. Akhirnya, aku memilih untuk memendam dulu keinginan itu hingga kenaikan kelas tiba. (Ervin Yudhi, Pemenang 7 Hari Bercerita dengan Diandra/Jawa Barat)

*Kisah selengkapnya bisa dibaca di akun Instagram @yazarianst