Tahun 2018 lalu, aku dekat dengan seorang laki-laki. Laki-laki dunia maya, karena konten kata-katanya yang memikat. Dengan embel kata hijrah, aku memberanikan diri berkenalan di grup. Tentu saja, agar semua orang melihat dan maksud hati agar dia menyapa di chat pribadi lebih dulu.
Tebakanku mulus, tetapi perbincangan laki-laki itu tulus. Aku terjebak pada dunia maya yang kubuat sendiri. Kegemaran menulis dan pandai berkata-kata sejak SMA membuat kepiawaian tersendiri. Kedekatan kami semakin rekat, hingga tiba kata terlontar rasa berbalas dengan penolakan sapa.
“Pandai buat kata-kata, kenapa enggak ikutan event–event nulis aja?” pertanyaan itu terucap kala kami sedang berbincang seperti biasa. Kami sudah berkenalan setahun, wow!
Terus terang, aku hanya menggunakan WhatsApp dan Facebook, selebihnya hanya aplikasi bawaan ponsel. Beliau mengarahkan segalanya, seperti mengunduh aplikasi Instagram dan langsung follow penerbit-penerbit indie yang dia tahu, mengikuti penulis-penulis yang sudah terkenal agar kita bisa belajar.
Aku bergerilya cepat, mengikuti arahannya hingga tiba masa mengikuti sebuah event. Pada banner yang aku temukan, tertera kata Gratis dan semua peserta mendapat e-sertifikat. Bagaimana tidak terbuai? Makna kata tidak berbayar itu membuatku terpukau.
Lomba menulis cerpen, temanya tentang waktu. Bak seorang murid yang tengah memberi tahu gurunya bahwa pekerjaan rumah sudah selesai. Itu yang aku lakukan juga padanya. Dengan senang hati, dia membimbing, memberi tahu aplikasi word yang bisa digunakan di handphone dan cara menggunakannya.
Event yang diselenggarakan oleh **** Publishing berjalan selama sebulan. Ayolah! Sebulan adalah waktu yang lama dan aku sudah masuk ke grup peserta di WhatsApp. Itu pertama kali aku bertemu dengan mereka, @keza236_queen, @hafsahazzahra09, @aliffudinmasiver, @n.rahmadhany_, @annisaanna1594, dan teman-teman yang tak bisa aku sebutkan satu-satu, Mereka mempunyai daya tarik tersendiri. Semuanya terasa nyaman, bergulir begitu saja.
Hingga masa deadline menghampiri. Ternyata, admin event mengubah akhir. Setiap peserta yang ingin mendapat sertifikat harus membayar sepuluh ribu. Semua orang tak terkecuali aku yang memang pertama kalinya mengikuti event, dibuat terkejut. Proteslah kami! Demo hampir dari semua peserta dan hasil akhir tentu saja kebanyakan dari kita lebih memilih mengabaikan sertifikat peserta itu.
Cerita masuk ke dunia kertas ini dimulai karena cinta, hingga saat ini cinta itu yang terus membersamai. (Sherrly Oktaviani, Pemenang 7 Hari Bercerita dengan Diandra/Jawa Barat)