Seolah di kampung halaman, tanah haram memang tak terasa asing: wajah-wajah yang tampak serupa dengan di Bogor, Bandung, Jogja atau Jakarta. Berada di Masjidil Haram atau Masjid Nabawi rasanya seperti di Masjid Raya, Masjid Gede, atau Istiqlal, kecuali bangunan ka’bah dan makam nabi. Semua terasa sama. Suara adzan, mengatur shaf sholat, alunan suara imam, bahkan sampai transaksi di pasar tak ada yang berbeda. Makkah atau Madinah memanglah tanah kita, kampung halaman kita semua. Di sini kita mudik menuju rumah ibu kandung sendiri, rumah yang meski jauh tapi terasa dekat di hati, serupa dengan kegiatan mudik lebaran. Di halaman rumah ini, kita mengenang kembali masa lalu saat belajar sholat dan mengaji
