Namanya Dylan Odessa, wajahnya mungil dengan mata hampir tertutup poni. Hobinya bermain bersama dori atau melukis di dinding dengan sisa krayon yang tingginya tak sampai dua ruas jari. Dylan hidup disangkar yang mana semua hal dipaksa masuk dan tertanam dalam otaknya Ia, terbelenggu bersama kakak yang juga punya pemikiran pelik tentang banyak hal. Cita-citanya sederhana namun tak jua ia sanggup gapai sebab semua orang menganggap aneh, idiot, dan gila.

Dylan tak begitu tau banyak tentang dunia dan seisinya, semua ia tebak sendiri dan selesaikan sendirikan. Sampai diwaktu ia merasakan emosi yang berbeda namun tak paham apakah itu benar kewajiban atau sekedar doktrin yang tak ia sadari.

“Tapi aku mau kamu nggak ada!”

“Kamu tuh aneh, kamu cacat, kakak malu tau nggak?!”

“Dylan, kamu tau kan ini kewajiban-kewajibanmu, cepat sini?”

Dylan Odessa, ia nikmati masa remaja yang penuh liku dan tanya tak terjawab hingga akhirnya ia bertemu dengan laki-laki pembawa payung biru yang merubah semua abu-abu dalam hatinya menjadi merah jambu.

Dapatkan Dylan wujudkan mimpi sederhananya untuk dianggap sebagai bagian dari keluarga?