Pernahkah kau bertemu seseorang yang lebih baik ketika sudah menemukan seseorang yang menurutmu dialah yang terbaik? Aku mengalaminya. Dia datang ketika hidupku terasa begitu sepi walau diri ini sudah berkekasih. Perlahan, dia mengisi satu celah di hati yang membuatku harus merelakan tempat kekasihku sendiri. Aku menyukai segala kurangnya karena sempurnanya kekasihku hanya semu. Cinta butuh keberadaan satu sama lain. Cinta berjarak hanya akan membiarkan sesuatu masuk di dalamnya, mengisi, lalu menetap enggan pergi, seperti halnya dia.

Dia yang membuatku berani mengurangi takaran cintaku terhadap kekasihku, namun dia rupanya piawai mematahkan perasaanku. Hatiku hancur secara lembut dibuatnya. Tiada terlihat tetapi retak secara perlahan dan meremukkan dari dalam. Dia tidak membalas cintaku. Lalu dengan jahatnya, aku rusak kebahagiaannya bersama kekasihnya. Kemudian dia membenciku, lalu pergi meninggalkan aku sebagaimana kekasihku sendiri yang akhirnya pergi dengan seseorang yang tak pernah terlintas di hati. Ternyata, semua laki-laki sama saja. Begitupun wanita. Layaknya aku, yang hancur oleh kelancangan perasaan sendiri

Untuk Romeo, maafkan aku. Sampai detik ini aku masih menyimpan rasa yang tak seharusnya ini, mencintamu dengan dungu. Dan untuk Bara, semoga kamu bahagia dengan pilihan hatimu, bukan aku.