Judul: The Open Door
Penulis: Dinni Adhiawaty
Penerbit: Diandra Kreatif
Tahun Terbit: 2018
Tebal: iv + 338 halaman
ISBN: 978-602-336-601-9
Apa makna kesempatan kedua bagimu?
Setelah menganggur beberapa bulan akibat menjadi salah satu korban PHK, Nadia berhasil mendapat pekerjaan dengan gaji lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun, sepertinya dia terlalu terburu-buru bertindak. Hal ini karena belum ada dua puluh empat jam menandatangani kontrak kerja, Nadia sudah mendapat hal yang mengejutkan. Siapa yang menyangka bahwa orang yang akan menjadi bosnya adalah mantan narapidana. Lebih buruk lagi, Nadia mengenalnya sebagai sosok di masa lalu yang pernah ia lukai hatinya. Tidak ada pilihan lain, Nadia tetap harus menjalankan tugasnya sebagai asisten laki-laki tersebut.
“Karma itu ada dan kamu akan mendapatkannya, Nadia. Aku akan membuatmu merasakan seperti yang kamu lakukan padaku dulu.” Hal 20
Meski sudah bertahun-tahun tidak berjumpa, Revian masih mengingat jelas sosok Nadia. Perempuan cantik yang dulu menjadi primadona sekolah. Bukan kenangan berkesan yang pernah Nadia torehkan, melainkan kenangan buruk yang membuat Revian sangat membenci Nadia. Serangan balas dendam sudah Revian rencanakan, dan ini akan lebih mudah dengan posisi Nadia yang menjadi bawahannya sekarang. Apa yang sebenarnya terjadi di masa remaja mereka?
Nadia menerima semua perlakuan Revian yang semena-mena. Dia sadar bahwa ini bagian dari pelampiasan kebencian Revian. Namun, Nadia tidak lagi bisa menoleransi perbuatan Revian ketika lelaki itu melibatkan keluarganya. Entah apa yang merasuki laki-laki itu, karena secara mengejutkan Revian mendatangi keluarga Nadia untuk meminta restu menikahi Nadia. Apakah ini juga bagian dari rencana Revian untuk membalas dendam? Atau rasa benci itu sudah berganti menjadi cinta? Kalaupun iya, akankah Revian mendapatkan kesempatan kedua?
”Tapi sekarang, aku sudah bisa menerima. Jalan setiap manusia memang berbeda-beda. Hanya saja, melupakan nggak semudah mengucapkan kata maaf.” Hal 158
Sungguh, ini kisah yang menarik untuk diikuti. Selain karena bahasa yang digunakan santai khas sehari-hari, penulis juga menggambarkan karakter tokohnya dengan sangat baik. Nadia yang keras kepala dan ceroboh, tetapi seiring berjalannya cerita, karakternya berkembang menjadi dewasa, mandiri, dan penuh perhatian. Sementara Revian, saya agak kurang suka dengan sikapnya yang bossy, tempramental, dan terkesan kurang tegas dalam mengambil keputusan. Berkali-kali saya dibuat kesal dengan Revian yang mudah meledak-ledak dan menyebabkan masalah sepele yang seharusnya bisa dengan cepat diselesaikan justru menjadi rumit. Namun di sisi lain, Revian adalah sosok yang romantis dan penuh kejutan.
Cerita tidak akan seru tanpa konflik, kan? Pada novel ini, menurut saya konfliknya tidak terlalu berat. Masalah yang muncul dengan cepat terselesaikan, kemudian muncul masalah yang lain. Konflik yang dihadirkan adalah seputar hubungan Revian dan Nadia yang seperti roller coaster, juga kemunculan Sierra sebagai sahabat Revian dengan masa lalu yang belum selesai. Siera yang masih menyimpan perasaan untuk Revian dan campur tangan ayah Revian pada hubungan ketiganya. Menarik, bukan?
Novel ini menggunakan sudut pandang orang ketiga yang serba tahu dengan alur maju mundur. Sayangnya, pergantian alur waktunya masih kasar sehingga saya perlu mengulang beberapa paragraf untuk mengetahui apakah masih dengan waktu yang sama atau sudah berganti.
Secara keseluruhan, saya menyukai novel ini. Apalagi, pesan-pesannya tersampaikan dengan baik. Salah satunya adalah selesaikan sebuah masalah secara tuntas. Jangan sampai masalah di masa lalu menjadi batu sandungan untuk kehidupan di masa depan. (Ani Widihastuti/Purworejo)